TUGAS
SOFTSKILL PERILAKU KONSUMEN
“KARAKTERISTIK KONSUMEN
INDONESIA”
Disusun
oleh:
· Nia Rizki Zahara (15211154)
· Romian (16211440)
· Salam (19211115)
· Siti Nurhayati (18211856)
· Yopi Lae (17211571)
Karakteristik
konsumen Indonesia
1.
Memiliki
pola pikir jangka pendek (short term perspective)
Indonesia
mempunyai memori jangka pendek. Sebagian besar konsumen ingin memperoleh hasil
atau keuntungan yang singkat dari hasil pembelian produk atau jasa.
Tengok saja, mana yang lebih banyak
pasarnya antara produk penambah tenaga dan
produk vitamin untuk kesehatan. Bandingkan juga antara kredit sepeda
motor dan tabungan pendidikan.
Jelas, produk
suplemen penambah tenaga lebih
menguasai pasar, begitu juga
kredit sepeda motor yang lebih
mendominasi. “Karena itu, berikan pemahaman kepada
konsumen mengenai keuntungan jangka pendek atau cepat. Strateginya,
gunakan hadiah langsung atau promo lainnya yang mudah dipahami konsumen
Contoh
paling mudah adakah banyaknya kredit konsumen di Indonesia dan sulitnya cash
flow rumah tangga yang hanya melakukuan perhitungan kebutuhan jangka pendek.,
yaitu mudah mendapatkan dalam waktu singkat.Hal ini juga dipengarihi oleh
kondisi ekonomi makro yang menyebabkan penurunan daya beli masyarakat sehingga
konsumen mencari solusi dengan melakukan kredit atau hal yana lain agar
kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dalam jangka pendek. Selain itu konsumen
Indonesia selalu membeli barang dengan berdasarkan bajet yang tersedia.hal ini
dapat terlihat dengan konsumen yang selalu barang yang bernilai rendah daripada
barang yang bernilai tinggi meskipun mereka mampu untuk membelinya.
Dampak
dari berpikir jangka pendek ini adalah membuat konsumen Indonesia cepat lupa.
Sebagai contoh, pada masalah maskapai penerbangan yang selalu mengalami
kecelakaan.Namun, konsumen di Indonesia selalu menggunakan maskapai penerbangan
tersebut dikarenakan murahnya tiket yang ditawarkan oleh maskapai tersebut yang
tidak dapat dilakukan oleh maskapai penerbangan lain yang memberikan pelayanan
dan jaminan keselamatan yang kebih menjanjikan.
2. Tidak memiliki perencanaan (Dominated by unplanned
behavior)
Umumnya
konsumen Indonesia tidak memiliki perencanaan. Karakter ini berhubungan
dengan karakter pertama. Konsumen juga kurang
menghargai waktu dan memiliki gaya hidup
santai. Akibatnya, proses pembelian kurang efisien. Namun, hal ini
bisa dimanfaatkan dengan menerapkan strategi produk
atau layanan yang mempunyai fleksibilitas tinggi.
Artinya, produk itu bisa digunakan alam
berbagai situasi multifungsi. Agar cepat tertuju kepada
konsumen, gunakan display mencolok. Konsumen Indonesia selalu tidak berencana
dari jauh-jauh hari sebelumnya. Sebagai contoh konsumen yang selalu melakukan
impulse buying yakni berbelanja dengan membeli langsung di tempat. Hal lain
adalah delalu melakukan berbagai kegiatan setelah mendekati waktu yang
ditentukan telah dekat.contohnya pembayaran biaya telepon, listrik, air (PAM)
dan biaya pendidikan anak-anak.
3. Cenderung berkelompok dan suka berkumpul (Like to socialize)
konsumen Indonesia suka
berkumpul, baik dengan kolega, relasi kerja, dengan
keluarga, maupun dengan teman satu komunitas.
Karakter ini merupakan bagian dari budaya
bangsa Indonesia sejak lama sehingga akan bertahan hingga beberapa puluh tahun
ke depan. Dalam kondisi ini,
biasanya teman dan kolega
bisa memengaruhi konsumen dalam
mengambil keputusan pembelian.
Cara
yang efektif, tingkatkan komunikasi terhadap
kelompok atau grup tempat konsumen berkumpul. Bentuklah opini yang
dapat memengaruhi kelompok itu. “Konsumen akan
membeli atau menggunakan produk
jasa jika teman-teman juga membeli.
Jadi kelompok dan komunitas itu harus diedukasi
Budaya
konsumen Indonesia adalah kebiasaan berkumpul dengan lingkungan sekitar atau
kemasyarakatannya sangat kental dimana hal ini juga mengakibatkan suburnya
bisnis-bisnis seperti klub-klub atau arena berkumpul di Indonesia.
Contoh paling sederhana adalah dalam acara arisan yang selalu dilakukan oleh para ibu-ibu rumah tangga serta dalam tempat fitnes center untuk para remaja maupun orang tua yang ingin berolahraga.
Contoh paling sederhana adalah dalam acara arisan yang selalu dilakukan oleh para ibu-ibu rumah tangga serta dalam tempat fitnes center untuk para remaja maupun orang tua yang ingin berolahraga.
4. Tidak adiptif dengan teknologi baru (not adaptive to high technology)
Konsumen
Indonesia cenderung tidak mengikuti perkembangan teknologi yang disebabkan oleh
rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Indonesia. Memang tidak semua
masyarakat Indonesia gaptek namun secara keseluruhan nagara Indonesia masih
tidak tahu penggunaan teknologi.
Menurut
hasil riset menunjukkan jumlah pengguna teknologi di Indonesia hanya mencapai
7-8% saja.Sangat jauh jika dibandingkan dengan negara maju seperti Amerika
Serikat yang mencapai 73%.Selain itu, sebagian dari pengguna teknologi di
Indonesia yang hanya 7-8% tersebut juga dimanfaatkan untuk hal-hal yang tidak
berproduktif seperti untuk bermain game online, bahkan untuk mengakses
situs-situs porno yang banyak dilakukan oleh para remaja Indonesia pada saat
sekarang ini
Konsumen
Indonesia lebih suka menggunakan teknologi yang
sederhana dan tidak rumit.
Contohnya, perkembangan teknologi
informasi dunia mendorong munculnya
telepon seluler dengan
beragam fasilitas mulai
dari GPRS, 3G hingga teleconference. Namun
apa yang terjadi? Masyarakat Indonesia tetap menggandrungi telepon dan pesan
singkat (SMS) sebagai cara komunikasi efektif.
Pasar yang
menggunakan teknologi simpel lebih gemuk dibandingkan dengan pasar yang
selalu mengadopsi teknologi tinggi.Cara pemasarannya, buatlah
teknologi untuk tujuan fun atau hiburan,
serta teknologi yang mudah digunakan
dan aman. Dalam
kondisi ini, menjadi
pengikut kesuksesan produk
lain bisa jadi pertimbangan dalam
menyusun strategi.
5. Fokus pada konteks bukan pada konten (context, not content oriented)
Kecanderungan
untuk membeli barang dilihat dari merk atau tampilan luarnya sangat melekat
pada konsumen Indonesia. Konsumen Indonesia cenderung lebih suka membaca
informasi yang sederhana, ringan dan mudah dicerna serta dimengerti. Pendapat
tersebut terbukti dengan kurangnya minat baca masyarakat Indonesia terutama
literatur maupun bacaan tentang pengetahuan yang agak susah dimengerti.Selain
itu konsumen Indonesia lebih suka melihat acara di televisi yang kurang
bermanfaat seperti acara sinetron, infotanment, berita krimnal, kuis, dan film
dibandingkan dengan tayangan yang memiliki pengetahuan lebih besar dan
bermanfaat.
Sebagai
contoh masalah artis sinetron Maia Ahmad yang bertengkar dengan suaminya sangat
diekpos oleh media dan masyarakat.Secara umum konsumen Indonesia lebih melihat
isinya atau bentuk luarnya saja dibandinakan dengan manfaat yang dapat
diperolehnya. Konsumen Indonesia bukan masyarakat yang menyukai informasi
bersifat analisis data atau perdebatan, melainkan hiburan. Tengok
saja acara talk show atau perdebatan
konflik politik dibandingkan dengan talk
show bertema hiburan seperti Empat Mata-nya Tukul.
Peringkat
yang paling tinggi tentu acara yang kedua. Masyarakat tidak mau
menggunakan banyak otak saat menonton atau baca
koran. Masyarakat masih menjadikan televisi sebagai media hiburan, dan bukan
informasi. Jadi, strategi pemasaran untuk konsumen ini adalah, membuat produk
dengan kemasan dan desain yang menarik atau display yang mencolok, berikan
pesan-pesan yang langsung dipahami konsumen.
6. Menyukai barang – barang produk luar negeri
Hal ini
sangat dipengaruhi oleh ingin mencari kualitas yang lebih baik.Meskipun produk
yang ingn dibeli lebih mahal dari produk dalam negeri.Ini disebabkan oleh
pandangan masyarakat Indonesia yang selalu menganggap prodik dalam negeri lebih
tidak buruk kualitasnya dibandingkan denagn produk luar negeri yang telah
terkenal di dunia sehingga produsen di Indonesia cenderung membuat produk yang
hampir sama merknya.
Bahkan ada oknum
yang mengilegalkan produknya dengan menggunakan merk yang sama dengan merk
barang luar negeri yang laris di pasaran Indonesia. kadang konsumen cenderung
membeli barang yang tidak dibutuhkan denagn alasan gengsi, maupun nama produk
tersebut yang telah memiliki nama tersendiri dalam suatu pasaran fanatik terhadap produk buatan
luar negeri. Rasa nasionalisme bangsa Indonesia
relatif lebih rendah dibandingkan dengan bangsa Korsel
atau Jerman yang menghargai produk sendiri.
Masyarakat kurang menghargai produk
asli buatan lokal karena kualitasnya sulit
bersaing dengan produk asing. Ada beberapa cara
untuk mengakali konsumen dengan karakter
seperti ini. Pertama,buat produk dengan simbol-simbol asing
seperti membubuhkan tulisan made in dalam label produk.
7.
Semakin memperhatikan masalah keagamaan (religious)
Konsumen
Indonesia memilki kepercayaan yang kuat diman masyarakat Indonesia yang
mayoritas memeluk agama islam yang sangat memperhatikan kehalalan suatu produk
yang mempengaruhi jumlah daya beli masyarakat.Karena masyarakat lebih mengutamakan
kehalalan baik produk makanan, minuman, maupun restoran.
Contoh
paling sederhana pada kasus bumbu maskan Ajinomoto yang dianggap mengandung
lemak babi yang mengakibatkan masyarakat islam Indonesia merasa khawatir dan
menurunnya daya beli masyarakat akan bumbu masakan tersebut dan sedikit
berdampak pada produk lain yang sejenis. Tetapi masyarakat Indonesia dapat
dipengaruhi oleh media.Sebagai contoh dengan menghadirkan tokoh agama yang
bersedia mengkonsumsi makan masakan yang diopinikan haram.
Pasar
bank syariah di Indonesia dalam tiga tahun terakhir
terus naik signifikan. Pada dasarnya bangsa
Indonesia itu manusia yang baik dan tidak suka
mengolok-olok sehingga pasar ini tumbuh. Strategi untuk konsumen ini adalah
bisa bergabung dengan asosiasi keagamaan, atau memberikan label religi
seperti mendaftarkan kehalalan produk. Cara
terakhir, meluncurkan produk baru untuk segmen
ini, karena potensi pasar religi ke depannya akan terus berkembang.
8. Suka pamer dan gengsi (putting prestige as important motive)
Gengsi
sangat melekat kuat pada konsumen Indonesia yang selalu ingin menggunakan
produk yangh berkualitas dan bernilai eknomi tinggi. berkaitan
dengan karakter konsumen yang banyak menyukai produk
asing. Kondisi ini didorong oleh masih adanya budaya feodal dan apresiasi
berlebihan di tengah masyarakat.
Strateginya
adalah, ciptakan produk dengan edisi
terbatas, atau produk eksklusif bisa juga dengan
memberikan layanan personal secara khusus.
Menurut Hadi Irawan, sikap gengsi pada
seseorang dapat muncul apabila:
1. Konsumen suka bersosialisasi yang mendorong seseorang untuk pamer atau
1. Konsumen suka bersosialisasi yang mendorong seseorang untuk pamer atau
menunjukkan dirinya lebih hebat dari orang
lain.
2. Indonesia
masih menganut paham feodal yang mana masih adanya asas stratifikasi
dalam masyarakat sehingga masyarakat masih
dibedakan dalam kelas-kelas sosial yang
berbeda.
3. Masyarakat Indonesia masih menilai kesuksesan seseorang dari jabatan maupun
3. Masyarakat Indonesia masih menilai kesuksesan seseorang dari jabatan maupun
barang yang dimiliki.sehingga wajar bagi
seseorang yang telah memiliki atribut-atribut
kesuksesan seperti mobil, laptop, rumah
,kredit card, dll telah dianggap sukses dalam
hidupnya.
9. Tidak banyak dipengaruhi budaya lokal (strong
in subculture)
Etnis,
fanatisme dan kebiasaan suatu daerah sangat berbeda dengan daerah lain yang
juga membuat selera konsumennya berbeda.Sebagai contoh pada masyarakat Padang
yang biasa mengkonsumsi makanan yang pedas maka tidak cocok dengan masakan jawa
yang cenderung manis.
Oleh
karena itu tidak semua merek dalam suatu negara dapat menguasai pemasaran dalam
semua wilayah Indonesia sebab beragamnya budaya dan etnis di Indonesia, di
beberapa daerah pengaruh budaya lokal masih kuat.
Cara
pemasaran untuk konsumen
seperti ini dengan
memberikan sentuhan kedaerahan, baik dalam
promo produk maupun layanan. Untuk
distribusi, bisa juga menggandeng distributor lokal yang
lebih memahami karakter daerah setempat.
10. Kurang mempedulikan lingkungan (low consciousness towards environment)
Masalah
lingkungan merupakan masalah yang terus berkembang saat ini. Banyak produk yang
memposisikan produknya sebagai produk ramah lingkungan tetapi bukti di lapangan
hal ini tidak efektif.Masyarakat Indonesia selalu memposisikan masalah
lingkungan pada urutan terbawah. Berbeda dengan luar negeri yang memposisikan
masalah lingkungan di posisi paling teratas karena akibat yang ditimbulkan
sangat beragam.
Jadi,
itulah kesepuluh karakteristik konsumen Indonesia yang jika dicermati juga
sangat dipengaruhi masalah perkembangan teknologi yang semakin lama semakin
berkembang dengan pesat. rendahnya kesadaran terhadap
lingkungan. Strateginya, posisikan konsep ramah
lingkungan hanya pada level perusahaan
bukan lebel produk di tingkat konsumen.
Terapkan
produk ramah lingkungan untuk keperluan ekspor dan pasar luar negeri
saja.Namun, karakter ini dalam beberapa tahun ke depan akan berubah seiring
dengan maraknya kampanye kesadaran lingkungan dan pemanasan global sehingga
harus diantisipasi.